Tampilkan postingan dengan label Adat dan Budaya Tengger. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Adat dan Budaya Tengger. Tampilkan semua postingan

Warga suku Tengger Brang Kulon melaksanakan Upacara Adat Tengger Karo ( SODORAN)

Hong Ulun Basuki Langgeng ( Semoga Tuhan Selalu Memberkati makmur selamanya )

MASYARAKAT suku Tengger Brang Kulon di kawasan Gunung Bromo Jawa Timur, melaksanakan upacara tardisi Hari Raya Karo.
Upacara Hari Raya Karo pada tahun ini, dibarengi dengan Upacara selamatan Desa Tosari, Yang diselenggarakan setiap tahun ( satu tahun berdasarkan hitungan tahun Tengger ), yang dilaksanakan pada hari senin 28/09/2015 dengan ditandai iringan ancak yang diikuti oleh masing - masing Rukun Tetangga ( RT ) disetiap Dusun diwilayah Desa Tosari. Kurang lebih dua puluh enam ancak yang ikut berpartisipasi dalam Upacara Mayu/Selamatan Desa tersebut.

Setelah Ancak di usung ( pikul ) ke Balai Desa Tosari dan di berikan do’a oleh wakil dari tiga agama Hindu,Kristen d Islam selanjutnya ditutup dengan Japa mantra (Mekakat) oleh Dukun Adat, Ancak yang berbentuk dari beraneka bentuk replika rumah, perahu, mobil, dll  tersebut diperebutkan oleh masyarakat Tosari, Ancak lainnya diusung kembali untuk disebar ke beberapa tempat, Pasar Desa dan Punden Desa.
Selanjutnya pada malam hari diadakan kesenian hiburan rakyat berupa Tayuban/langen beksan, dalam acara tersebut  diundang seluruh tokoh masyarakat 11 Desa dari 3 Kecamatan antara lain Kecamatan Tosari yaitu Desa Tosari, Kandangan, Mororejo, Ngadiwono, Sedaeng, Wonokitri, Baledono, dan Podokoyo sedangkan  dari Kecamatan Puspo adalah Desa Keduwung dan dari Kecamatan Tutur yaitu Desa Ngadirejo dan Kayu Kebek ( Ledok Pring ). 
Melalui Kepala Desa Masing - Masing, mereka memberikan bantuan dana (turun) kepada Panitia Upacara Pembukaan Karo Desa Tosari. Bantuan dana tersebut akan dikembalikan oleh Desa Tosari setelah Desa yang bersangkutan tiba giliran mengadakan acara Pembukaan/Penutupan Hari Raya Karo dan Selamatan Desa.
Desa Tosari sebagai Desa yang dituakan mewakili wilayah Tengger Brang Kulon selanjutnya akan diteruskan oleh Desa lainnya. Upacara perayaan Hari Raya Karo di setiap desa diatur bergantian oleh para Dukun. Yang di Brang Kulon (Pasuruan) diawali dari Desa Tosari dan diakhiri di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari yang Akrab disebut dengan Ujung-Ujungan ,
Tepat Pukul 03.30 wib dini hari, selasa 29/09/2015 diadakan Upacara Blara’i (mengawali ) yaitu menarikan Tari Sodor yang dilakukan oleh Tokoh - tokoh Adat ( sesepuh Adat).
Selanjutnya pukul 08.30 wib, iring-iringan Kemanten Sodor ( Penari Sodor ) berjalan dari lapangan Tlogosari (rumah Pak Sanggar) Desa Tosari kecamatan Tosari diiringi dengan Kesenian Ketepung dan Terompet khas Tengger menuju Punden. setelah itu menuju Balai Desa Tosari, dimana dijadikan tempat Upacara Pembukaan Hari Raya Karo.
Sebelum dilaksanakan prosesi, didahulu acara Resepsi Hari Raya Karo yang dihadiri oleh Muspida Kabupaten pasuruan.
Hari Raya Karo dirayakan setiap tanggal 15 bulan Karo (kedua) tahun saka. Hari Raya Karo 1978 caka tahun ini tepatnya 29 septembet 2015.
Makna Hari Raya Karo bagi masyarakat Tengger di Gunung Bromo adalah refleksi kehidupan. Mereka akan mawas diri, dari mana sejatinya manusia berasal, dan akan kemana tujuan kehidupan selanjutnya atau disebut Sangkan Paraning Dumadi. 
Secara tradisi perayaan Hari Raya Karo bagi warga suku Tengger di Brang Kulon (Pasuruan) diawali dengan upacara Tari Sodor, yakni sebuah tarian yang masih dianggap Sakral. Tari Sodor adalah gerakan-gerakan simbolisasi asal mula (proses) terjadinya manusia yang divisualisasikan dengan gerakan yang sangat mempertimbangkan kesopanan. Tari Sodor dilakukan oleh para warga dari desa-desa suku Tengger yang ada di Gunung Bromo. 
Para penari menggunakan sodor (tongkat) yang pada klimaks tariannya akan memuntahkan biji-bijian yang disimbulkan sebagai kesuburan. 
Tari Sodor hanya dipentaskan dalam upacara tradisional perayaan Hari Raya Karo.Penarinya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sejumlah enam perempuan dan enam laki-laki.
Upacara pembukaan Hari Raya Karo 1978 Saka dipimpin oleh seorang dukun yang membacakan puja mantra pembukaan Hari Raya Karo (mekakat). Namun doa penutup upacara dilakukan oleh pimpinan lintas agama, Hindu, Kristen, dan Islam.
Secara tradisi upacara perayaan Hari Raya Karo masih tetap dilestarikan bagi seluruh warga suku Tengger di Gunung Bromo hal ini sekaligus sebagai ciri dari DesaTengger dan dilakukan oleh mereka yang beragama Hindu, Kristen, maupun Islam. Warga Suku Tengger  merayakan hari raya Karo jauh lebih meriah dibanding melakukan upacara Yadnya Kasada .
Setelah Upacara Hari Raya Karo dibuka secara resmi melalui prosesi ritual maka seluruh masyarakat sudah diperbolehkan mengadakan upacara Santi dengan membuat sesaji dirumah masing-masing. Sedangkan para Dukun akan setia datang melayani do'a japa mantra kepada seluruh umat, tanpa terkecuali .
Usai melaksanakan santi yang dipimpin langsung oleh Dukun Tengger yang melayaninya ke masing-masing rumah warga, satu per satu warga kemudian saling kunjung untuk bersilaturahmi ( Dederek ). 
Tak heran jika selama Hari Raya Karo warga suku Tengger menyediakan aneka jajan dan makanan serta libur bekerja selama hari raya Karo tersebut belum ditutup dengan ujung-ujungan.

Langgeng Basuki ( Selamanya Makmur )

»»  LANJUTKAN...

Upacara Adat tengger “Karo” di Brang Kulon

Upacara Karo merupakan upacara yang digelar setiap tahun pada bulan kedua (bulan Karo) kalender Tengger, atau dua bulan setelah upacara Yadnya Kasada.

Hari Raya Karo bagi masyarakat Tengger di Gunung Bromo adalah sebuah penghormatan kepada leluhur asal muasal (cikal bakal) Suku Tengger yakni Giri Kusuma dengan dengan Ni Buring Wulanjar, dan menyelenggarakan upacara Karo merupakan kewajiban bagi semua warga Suku Tengger.


 Upacara adat suku Tengger Pembukaan Karo tahun ini di buka hari ini (20 Oktober 2013) di Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan.



upacara Karo selalu dibuka dengan tari Sodor (Sodoran) Sebuah tarian yang menggambarkan hubungan siami-istri leluhur suku Tengger awal hingga beranak pinak sampai sekarang.


Sebagai pembuka kegiatan ini, ditampilkan Tari Sodor, sebagai gerakan simbolisasi asal mula (proses) terjadinya manusia yang divisualisasikan dengan gerakan yang sangat mempertimbangkan kesopanan.
 
Tari Sodor dilakukan oleh para warga dari desa-desa suku Tengger di Gunung Bromo, Para penari yang berjumlah 12 orang masing-masing menggunakan sodor (tongkat) yang puncak klimaks tariannya akan memuntahkan biji-bijian yang disimbulkan sebagai kesuburan, untuk tengger Brang Kulon (Kabupaten Pasuruan) diikuti oleh warga dari 8 Desa di dari Kecamatan Tosari antara lain : Desa Tosari, Baledono, Ngadiwono, Wonokitri, Sedaeng, Mororejo dan Kandangan (Kalitejo) serta Desa Keduwung Kecamatan Puspo dan Desa Kayukebek Kecamatan Tutur.
 

Setelah tarian Sodor selesai ditampilkan, prosesi upacara Karo kemudian dilanjutkan dengan pembukaan jimat Klontong (pusaka masyarakat Suku Tengger).
Pembukaan pusaka ini, dalam satu tahun hanya sekali, Yaitu hanya pada saat upacara Karo digelar saja.


"Jimat ini isinya uang satak, pakaian kuno, ada mantra dan sebagainya. Untuk wilayah Brang Kulon, itu namanya Jodang Wasiat karena bentuknya bumbung. Kalau Brang Wetan namanya Kepis, karena bentuknya seperti kotak wayang. Yang Brang Kulon ini, mewakili Joko Seger. Nah yang Brang Wetan, mewakili Loro Anteng"

Setelah upacara selesai, kemudian ada upacara lagi yang namanya Santi. Upacara ini merupakan sebuah ritual yang memiliki makna memulyakan leluhur suku Tengger, Joko Seger dan Loro Anteng, termasuk pula kerabat-kerabat masyarakat Suku Tengger yang sudah meninggal. Upacara Santi yang dilakukan disini, adalah Santi secara massal.


"Setelah dibuka Santi secara massal, lalu dilanjutkan dengan Santi di rumah masing-masing. Sebelum Santi dilakukan, masyarakat Tengger tidak boleh menerima tamu. Santi itu ada sesajennya berbentuk boneka dari bunga tunalayu, kemudian ada namanya jenang Piyak (merah putih). Di Santi masing-masing rumah juga disertai dengan selamatan air dan gagah (kebun)"

Dalam upacara Santi di masing-masing rumah masyarakat Suku Tengger ini, syaratnya harus ada sesajennya untuk tolak balak, berupa ayam panggang. Hanya saja, ayam panggang harus ditaruh diatas atap rumah.


 Setelah Santi selesai, baru ada silaturahmi atau anjangsana rumah warga yang satu dengan warga yang lain saling bergantian, Dimana kalau dalam tradisi Tengger kita diwajibkan makan dan minum.

"Jadi kalau satu hari, misalkan kita keliling 50 rumah. Ya harus minum dan makan 50 kali. Itu uniknya di upacara Karo ini”.

Kalau proses itu sudah selesai dilaksanakan oleh Desa-Desa Se-Brang Kulon, Karo ditutup dengan upacara Bawahan. Dan untuk Tahun ini penutupan karo (Bawahan) tersebut dilaksanakan di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari yang ditandai dengan tari Ujong.


“Tari Ujong adalah tari yang di ikuti oleh 2 orang laki-laki dan keduanya saling mencambuk/memukul lawanya dengan menggunakan sebatang rotan. (tentunya dengan ketrampilan dan keahlian khusus) yang mempunyai makna Keperkasaan seorang laki-laki Tengger dan bertujuan untuk mendatangkan hujan.

 
Setlah acara bawahan yang dilaksanakan selama 2 hari 2 malam di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari tersebut selesai maka Karo pun juga telah berakhir untuk Tahun ini.
»»  LANJUTKAN...

Upacara Yadnya Kasada tahun 2012

Tanggal 3-4 Agustus kemarin telah berlangsung upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo, Probolinggo. Jawa Timur. Yadnya Kasada atau biasa juga disebut Kasodo ini digelar setiap hari ke-14 bulan Kasada dalam kalender tradisional Warga Tengger. Upacara ini sebagai simbol rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan untuk memohon berkah serta keselamatan bagi seluruh Warga. Sebelum Kasada dilakukan beberapa warga di masing-masing desa sekitar kawasan gunung Bromo menyiapkan sesajen yang disebut Ongkek. Sesajen ini dirangkai sedemikian rupa berisikan hasil bumi berupa sayuran, buah, bunga, dan hewan ternak.


Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan Orkes Melayu (Dangdut) di Pendopo Agung Desa Wonokitri. Kemudian sekitar pukul 12 dini hari Ongkek-ongkek yang tadi telah dibuat akan dibawa bersama oleh para dukun dan warga dari masing-masing desa sekitar Bromo ke Pura Luhur Poten di kaki Gunung Bromo. Kemudian dilanjutkan dengan acara pelantikan dukun. 
Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang Adat, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan, entas-entas dll yang berhubungan dengan Adat. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.


Setelah rangkaian acara di Pura Luhur Poten usai barulah semua Dukun dan warga berbondong menuju kawah Gunung Bromo lengkap dengan Ongkeknya masing-masing untuk dipersembahkan. Tapi yang menarik adalah sesajen ini tidak secara langsung jatuh ke kawah karen ada beberapa warga dari luar Tengger yang sudah bersiap-siap untuk menangkap sesajen yang dilemparkan. Tanpa rasa takut mereka sudah menghuni kawah sejak dini hari untuk mendapat tempat terbaik menangkap sesajen yang akan dilemparkan. Pelemparan sesajen ini terus berlangsung mulai pagi dini hari hingga siang hari.
»»  LANJUTKAN...

NAMA UPACARA ADAT TENGGER

1.      UPACARA  ADAT KARO
PROSESINYA :
-         TARI  SODORAN (Pembuka ) diawali oleh penari Sodor dari sesepuh dinamakan Mblara’I dilakukan pada pukul  04.00 pagi.
-         Kirab manten Sodor .
-         Sebelum tari Sodor dilakukan terlebih dahulu pembacaan  Kerti Joyo ( memberi sesajen )
-         Tari Sodor  dilakukan oleh    Manten    Sodor ( putra – putri )   berjumlah 12  orang.
-         Tempat : untuk Tengger Sabrang Kulon ditempatkan  di Desa Tosari ).
Setelah selesai Prosesi masyarakat Tengger melakukan  acara :
           -     SANTI  ( melakukan kirim do’a  kepada para Sidi Derma, selametan Banyu dan Gaga  )
-         DEDEREK  (  Saling mengunjungi kerumah rumah ).
-         NYADRAN / NELASIH   ( nyekar ke makam )
-         BAWAHAN  ( Penutupan dilakukan oleh masing – masing Desa ).

2.             UPACARA   PUJAN  KAPAT
Upacara         : Selamatan Bumi, Air, Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil  Buminya. 
         Tempat           : Rumah Sanggar 
         Mantra            : Pujan  Sharon.

Masyarakat suku Tengger  membawa  hasil  bumi mereka ke Rumah Sanggarnya  di masing – masing Dusun.

3.             UPACARA  MEGENG  DUKUN.


4.             UPACARA PUJAN  KAWOLU
Upacara         : Selamatan  Bumi , Air  , Kayu dan   segala macam tanaman beserta Hasil  Buminya. 
Tempat            : Rumah Sanggar 
Mantra             : Pujan  Sharon.

Masyarakat suku Tengger  membawa  hasil  bumi mereka ke Rumah Sanggarnya  di masing – masing Dusun.


5.             UPACARA   PUJAN  KASANGA  ( PUJAN Ndrundung )
Upacara         : Selamatan  Bumi , Air  , Kayu dan   segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
                        Selamatan  anak  keturunan suku tengger 
Tempat           : Rumah Sanggar  dan dilanjutkan keliling Desa dengan diiringi ketepung dan trompet 
Mantra          : Pujan  Sharon dan  Pujo Jogo

Masyarakat suku Tengger  membawa  hasil  bumi mereka ke Rumah Sanggarnya  di masing – masing Dusun.


6.             UPACARA  KASADA

7.             UPACARA  PUJAN  KASADA
Upacara         : Selamatan  Bumi , Air  , Kayu dan   segala macam tanaman beserta Hasil Buminya. 
Tempat           : SanggarMantra             : Pujan  Sharon. 
Waktu               : Setelah upacara Kasada Panglong Loro

Masyarakat suku Tengger  membawa  hasil  bumi mereka ke Rumah Sanggarnya  di masing – masing Dusun.

8.             UPACARA  BARI’AN

9.             UPACARA  SELAMATAN DESA ( satu tahun sekali )

10.         UPACARA  MAYU  DESA ( enam  tahun sekali )

11.         UPACARA  UNAN  UNAN ( delapan tahun sekali )

12.         UPACARA  SUMPAH  BANYU  ROTO  (upacara anak keturunan tengger yang melakukan  pelaggaran Dursila ).


UPACARA  BIASA
  
UPACARA  MBOBOT  /  KELAHIRAN           
1.       UPACARA  NELONI ( usia kandungan  3  bulan )
2.       UPACARA  SAYUT  ( usia kandungan  7 bulan )
3.       UPACARA AMONG – AMONG (usia lahir 40 hari).


»»  LANJUTKAN...

SISTIM KALENDER SUKU TENGGER


 Suku Tengger sudah mengenal dan mempunyai sistem kalender sendiri, jumlah  usia kalender suku tengger  berjumlah 30 sampai 31 hari ,tetapi  ada perbedaan penyebutan usia hari yaitu antara tanggal 1 sampai dengan 15 disebut tanggal hari,dan 15 sampai 30 / 31 disebut Panglong Hari .

NAMA – NAMA  HARI  SUKU  TENGGER.

1.       DHITE                       : MINGGU
2.       SHOMA                    : SENIN
3.       ANGGARA               : SELASA
4.       BUDHA                     : R A B U
5.       RESPATI                   : KAMIS
6.       SUKRA                     : JUM’AT
7.       TUMPEK                  : SABTU

NAMA – NAMA  BULAN  SUKU TENGGER

1.       KARTIKA                       : KASA               
2.       PUSA                              : KARO              
3.       MANGGASTRI               : KATIGA           
4.       SITRA                             : KAPAT             
5.       MANGGAKALA            : KALIMA          
6.       NAYA                             : KANEM           
7.       PALGUNO                      : KAPITU           
8.       WISAKA                         : KAWOLU        
9.       JITO                                :KASANGA
10.  SERAWANA                  :KASEPOLOH
11.   PANDRAWANA           : DESTHA           
12.   ASUJI                            : KASADA         


ADAPUN  TAHUN YANG DIGUNAKAN ADALAH TAHUN  SAKA ( CAKA ).
»»  LANJUTKAN...

PROFIL SUKU TENGGER


WILAYAH ADAT
 Wilayah  Adat  Suku Tengger  terbagi menjadi dua wilayah yaitu Sabrang Kulon ( Brang Kulon diwakili oleh Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan  )  dan Sabrang Wetan  ( Brang Wetan diwakili oleh Desa Ngadisari,Wanantara,Jetak Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo ).Perwakilan oleh Desa T osari dan tiga Desa tersebut mengacu pada Prosesi Pembukaan Upacara Karo yang sekaligus membukla Jhodang Wasiat / Jimat Klontong.
  

AGAMA SUKU TENGGER

Masyarakat Suku Tengger menganut  empat agama dari lima agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia. Yaitu Agama Hindu , Islam  ,Kristen dan Budha.
 

MATA PENCAHARIAN  SUKU  TENGGER

Masyarakat suku Tengger bermata pencaharian  sebagai   Petani  sayur mayur  ( mayoritas ) .


PEMIMPIN SUKU TENGGER

Masyarakat Suku Tengger tidak mengenal dualisme kepemimpinan ,walaupun ada yang namanya Dukun adat. Tetapi secara  formal pemerintahan dan adat ,Suku Tengger dipienter" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 149.6pt 252.45pt; text-align: center;">

KESENIAN

TARI  SODOR   DAN  TARI  UJUNG


SIFAT DAN SIKAP

Masyarakat Suku Tengger mempunyai sifat yang luhur , Jujur dan apa adanya.sedangkan sikap masyarakat Suku Tengger Ramah Tamah dan Terbuka ,menjujung tinggi rasa persaudaraan dan kegotong royongan.


LAIN – LAIN

Msyarakat Suku Tengger tidak mengenal nama Marga ( keluarga ) karena di dalam Suku Tengger tidak mengenal Kasta,namun biasanya cara memanggil nama orang yang sudah berkeluarga dan mempunyai keturunan ,mereka  memanggil nama yang bersangkutan dengan nama anak pertamanya.
»»  LANJUTKAN...

Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger Tahun 2011

Tosari - Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger tahun ini terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain bersamaan dengan Ramadan untuk kedua kalinya,Yadna Kasada kali ini dirayakan seusai Gunung Bromo meletus dan mengeluarkan material abu vulkanik.
Meski begitu,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Maryono menyatakan, perubahan alam tidak akan memengaruhi kesakralan perayaan Yadna Kasada, yang puncaknya akan berlangsung pada Minggu (14/8). Yadnya Kasada merupakan Hari Raya Kurban Suci ke Kawah Suci Gunung Bromo.
Kurban ini sebagai persembahan kepada arwah leluhur putra bungsu Raden Joko Seger dan Roro Anteng yang bernama Raden Kusuma. Dari segi kepariwisataan, perayaan Yadna Kasada ini memiliki nuansa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Latar belakang abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Bromo akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
”Masyarakat bisa mengabadikan perayaan Yadna Kasada ini dari view pointdi Puncak Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan. Selain itu, wisatawan akan menikmati keindahan pemandangan matahari terbit (sunrise) yang sangat ditunggu- tunggu.
Puncak upacara Yadnya Kasada tahun 2011 di Gunung Bromo merupakan ujian terberat bagi warga suku Tengger "Brang Kulon" (yang ada di sisi barat) gunung api setinggi 2392 mdpl yang meliputi Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.
Jalan-jalan puncak Gunung Bromo rusak parah. Kerusakan terparah di antaranya ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil, serta jalan di tengah lautan pasir di tengah kaldera Gunung Bromo, kata Camat Tosari, Sudiro, di temui di Tosari, Minggu (14/8) malam .
Ruas jalan antara Dingklik - pakis Bincil di Desa Wonokitri, Tosari rusak parah. Hampir seluruh aspalnya terkelupas, bahkan sebagian badan jalannya ada yang sempat longsor pascaerupsi.
Ia menyebutkan, jalan yang sempat putus tersebut telah diperbaiki warga secara gotong royong, sehingga mobil gardan ganda sudah bisa melewatinya.
Namun, jalan di tengah laut pasir juga masih rusak akibat munculnya alur sungai yang memotong jalan di tengah kaldera Gunung Bromo. Pengunjung yang akan melintasi lautan pasir Gunung Bromo harus melewati jalan baru dengan cara melingkar.
Sementara jalan baru tersebut kondisi tanahnya masih labil, sehingga kendaraan yang masuk laut pasir lewat Pasuruan dibatasi hanya mobil gardan ganda, serta sepeda motor, kecuali bagi warga suku Tengger yang akan melaksanakan ibadah masih diizinkan masuk.
Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, memberikan apresiasi kepada warga suku Tengger yang masih tetap memegang teguh kerukunan, dan sikap kegotongroyongan yang diwariskan nenek moyang hingga generasi sekarang. Sikap warga suku Tengger tersebut patut dijadikan teladan.
Eddy berjanji memperbaiki jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo. Jalan tersebut akan segera diperbaiki dalam tahun anggaran 2011 ini dengan dana sebesar Rp1 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Diakui, jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo merupakan jalan kabupaten. Namun dari sisi fungsi, jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut, merupakan jalan wisata lintas daerah, baik Pasuruan, maupoun Probolinggo.
Ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil - lautan pasir merupakan jalan wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, sebaliknya juga menjad jalan wisata bagi wistawan yang masuk lewat Probolinggo menuju Puncak Penanjakan.
Warga suku Tengger baik dari Brang Kulon (Pasuruan, dan Malang), maupun "Brang Wetan" (Probolinggo, dan Lumajang) melaksanakan puncak Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Senin (15/8) dini hari yang dilanjutkan dengan labuh sesaji di pucak Gunung Bromo.
Namun, sebelum berangkat ke puncak Gunung Bromo tengah malam, masing-masing warga suku tengger melaksanakan resepsi Yadnya Kasada 2011 di masing-masing desa. Warga suku Tengger Brang Kulon melaksnakan resepsi di Pendapa Agung Wonokitri, sedangkan warga suku tengger Brang Wetan melaksnakan di pendapa Ngadisari.
Resepsi Yadnya Kasada di Wonokitri hanya dihadiri para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sedangkan di Ngadisari Probolinggo dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Saini, dan Dirjen Pengembangan Destinasi Kepariwisataan, Firmansyah Rahim, keduanya juga dikukuhkan sebagai warga kehormatan suku Tengger.
»»  LANJUTKAN...

Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger Tahun 2011

Tosari - Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger tahun ini terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain bersamaan dengan Ramadan untuk kedua kalinya,Yadna Kasada kali ini dirayakan seusai Gunung Bromo meletus dan mengeluarkan material abu vulkanik.
Meski begitu,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Maryono menyatakan, perubahan alam tidak akan memengaruhi kesakralan perayaan Yadna Kasada, yang puncaknya akan berlangsung pada Minggu (14/8). Yadnya Kasada merupakan
Klick
Hari Raya Kurban Suci ke Kawah Suci Gunung Bromo.
Kurban ini sebagai persembahan kepada arwah leluhur putra bungsu Raden Joko Seger dan Roro Anteng yang bernama Raden Kusuma. Dari segi kepariwisataan, perayaan Yadna Kasada ini memiliki nuansa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Latar belakang abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Bromo akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
”Masyarakat bisa mengabadikan perayaan Yadna Kasada ini dari view pointdi Puncak Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan. Selain itu, wisatawan akan menikmati keindahan pemandangan matahari terbit (sunrise) yang sangat ditunggu- tunggu.
Puncak upacara Yadnya Kasada tahun 2011 di Gunung Bromo merupakan ujian terberat bagi warga suku Tengger "Brang Kulon" (yang ada di sisi barat) gunung api setinggi 2392 mdpl yang meliputi Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.
Jalan-jalan puncak Gunung Bromo rusak parah. Kerusakan terparah di antaranya ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil, serta jalan di tengah lautan pasir di tengah kaldera Gunung Bromo, kata Camat Tosari, Sudiro, di temui di Tosari, Minggu (14/8) malam .
Ruas jalan antara Dingklik - pakis Bincil di Desa Wonokitri, Tosari rusak parah. Hampir seluruh aspalnya terkelupas, bahkan sebagian badan jalannya ada yang sempat longsor pascaerupsi.
Ia menyebutkan, jalan yang sempat putus tersebut telah diperbaiki warga secara gotong royong, sehingga mobil gardan ganda sudah bisa melewatinya.
Namun, jalan di tengah laut pasir juga masih rusak akibat munculnya alur sungai yang memotong jalan di tengah kaldera Gunung Bromo. Pengunjung yang akan melintasi lautan pasir Gunung Bromo harus melewati jalan baru dengan cara melingkar.
Sementara jalan baru tersebut kondisi tanahnya masih labil, sehingga kendaraan yang masuk laut pasir lewat Pasuruan dibatasi hanya mobil gardan ganda, serta sepeda motor, kecuali bagi warga suku Tengger yang akan melaksanakan ibadah masih diizinkan masuk.
Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, memberikan apresiasi kepada warga suku Tengger yang masih tetap memegang teguh kerukunan, dan sikap kegotongroyongan yang diwariskan nenek moyang hingga generasi sekarang. Sikap warga suku Tengger tersebut patut dijadikan teladan.
Eddy berjanji memperbaiki jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo. Jalan tersebut akan segera diperbaiki dalam tahun anggaran 2011 ini dengan dana sebesar Rp1 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Diakui, jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo merupakan jalan kabupaten. Namun dari sisi fungsi, jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut, merupakan jalan wisata lintas daerah, baik Pasuruan, maupoun Probolinggo.
Ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil - lautan pasir merupakan jalan wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, sebaliknya juga menjad jalan wisata bagi wistawan yang masuk lewat Probolinggo menuju Puncak Penanjakan.
Warga suku Tengger baik dari Brang Kulon (Pasuruan, dan Malang), maupun "Brang Wetan" (Probolinggo, dan Lumajang) melaksanakan puncak Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Senin (15/8) dini hari yang dilanjutkan dengan labuh sesaji di pucak Gunung Bromo.
Namun, sebelum berangkat ke puncak Gunung Bromo tengah malam, masing-masing warga suku tengger melaksanakan resepsi Yadnya Kasada 2011 di masing-masing desa. Warga suku Tengger Brang Kulon melaksnakan resepsi di Pendapa Agung Wonokitri, sedangkan warga suku tengger Brang Wetan melaksnakan di pendapa Ngadisari.
Resepsi Yadnya Kasada di Wonokitri hanya dihadiri para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sedangkan di Ngadisari Probolinggo dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Saini, dan Dirjen Pengembangan Destinasi Kepariwisataan, Firmansyah Rahim, keduanya juga dikukuhkan sebagai warga kehormatan suku Tengger.
»»  LANJUTKAN...