Warga suku Tengger Brang Kulon melaksanakan Upacara Adat Tengger Karo ( SODORAN)
Hong Ulun Basuki Langgeng ( Semoga Tuhan Selalu Memberkati makmur selamanya )
MASYARAKAT suku Tengger Brang Kulon di kawasan Gunung Bromo Jawa Timur, melaksanakan upacara tardisi Hari Raya Karo.
Upacara Hari Raya Karo pada tahun ini, dibarengi dengan Upacara selamatan Desa Tosari, Yang diselenggarakan setiap tahun ( satu tahun berdasarkan hitungan tahun Tengger ), yang dilaksanakan pada hari senin 28/09/2015 dengan ditandai iringan ancak yang diikuti oleh masing - masing Rukun Tetangga ( RT ) disetiap Dusun diwilayah Desa Tosari. Kurang lebih dua puluh enam ancak yang ikut berpartisipasi dalam Upacara Mayu/Selamatan Desa tersebut.
Setelah Ancak di usung ( pikul ) ke Balai Desa Tosari dan di berikan do’a oleh wakil dari tiga agama Hindu,Kristen d Islam selanjutnya ditutup dengan Japa mantra (Mekakat) oleh Dukun Adat, Ancak yang berbentuk dari beraneka bentuk replika rumah, perahu, mobil, dll tersebut diperebutkan oleh masyarakat Tosari, Ancak lainnya diusung kembali untuk disebar ke beberapa tempat, Pasar Desa dan Punden Desa.
Selanjutnya pada malam hari diadakan kesenian hiburan rakyat berupa Tayuban/langen beksan, dalam acara tersebut diundang seluruh tokoh masyarakat 11 Desa dari 3 Kecamatan antara lain Kecamatan Tosari yaitu Desa Tosari, Kandangan, Mororejo, Ngadiwono, Sedaeng, Wonokitri, Baledono, dan Podokoyo sedangkan dari Kecamatan Puspo adalah Desa Keduwung dan dari Kecamatan Tutur yaitu Desa Ngadirejo dan Kayu Kebek ( Ledok Pring ).
Melalui Kepala Desa Masing - Masing, mereka memberikan bantuan dana (turun) kepada Panitia Upacara Pembukaan Karo Desa Tosari. Bantuan dana tersebut akan dikembalikan oleh Desa Tosari setelah Desa yang bersangkutan tiba giliran mengadakan acara Pembukaan/Penutupan Hari Raya Karo dan Selamatan Desa.
Desa Tosari sebagai Desa yang dituakan mewakili wilayah Tengger Brang Kulon selanjutnya akan diteruskan oleh Desa lainnya. Upacara perayaan Hari Raya Karo di setiap desa diatur bergantian oleh para Dukun. Yang di Brang Kulon (Pasuruan) diawali dari Desa Tosari dan diakhiri di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari yang Akrab disebut dengan Ujung-Ujungan ,
Tepat Pukul 03.30 wib dini hari, selasa 29/09/2015 diadakan Upacara Blara’i (mengawali ) yaitu menarikan Tari Sodor yang dilakukan oleh Tokoh - tokoh Adat ( sesepuh Adat).
Selanjutnya pukul 08.30 wib, iring-iringan Kemanten Sodor ( Penari Sodor ) berjalan dari lapangan Tlogosari (rumah Pak Sanggar) Desa Tosari kecamatan Tosari diiringi dengan Kesenian Ketepung dan Terompet khas Tengger menuju Punden. setelah itu menuju Balai Desa Tosari, dimana dijadikan tempat Upacara Pembukaan Hari Raya Karo.
Sebelum dilaksanakan prosesi, didahulu acara Resepsi Hari Raya Karo yang dihadiri oleh Muspida Kabupaten pasuruan.
Hari Raya Karo dirayakan setiap tanggal 15 bulan Karo (kedua) tahun saka. Hari Raya Karo 1978 caka tahun ini tepatnya 29 septembet 2015.
Makna Hari Raya Karo bagi masyarakat Tengger di Gunung Bromo adalah refleksi kehidupan. Mereka akan mawas diri, dari mana sejatinya manusia berasal, dan akan kemana tujuan kehidupan selanjutnya atau disebut Sangkan Paraning Dumadi.
Secara tradisi perayaan Hari Raya Karo bagi warga suku Tengger di Brang Kulon (Pasuruan) diawali dengan upacara Tari Sodor, yakni sebuah tarian yang masih dianggap Sakral. Tari Sodor adalah gerakan-gerakan simbolisasi asal mula (proses) terjadinya manusia yang divisualisasikan dengan gerakan yang sangat mempertimbangkan kesopanan. Tari Sodor dilakukan oleh para warga dari desa-desa suku Tengger yang ada di Gunung Bromo.
Para penari menggunakan sodor (tongkat) yang pada klimaks tariannya akan memuntahkan biji-bijian yang disimbulkan sebagai kesuburan.
Tari Sodor hanya dipentaskan dalam upacara tradisional perayaan Hari Raya Karo.Penarinya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sejumlah enam perempuan dan enam laki-laki.
Upacara pembukaan Hari Raya Karo 1978 Saka dipimpin oleh seorang dukun yang membacakan puja mantra pembukaan Hari Raya Karo (mekakat). Namun doa penutup upacara dilakukan oleh pimpinan lintas agama, Hindu, Kristen, dan Islam.
Secara tradisi upacara perayaan Hari Raya Karo masih tetap dilestarikan bagi seluruh warga suku Tengger di Gunung Bromo hal ini sekaligus sebagai ciri dari DesaTengger dan dilakukan oleh mereka yang beragama Hindu, Kristen, maupun Islam. Warga Suku Tengger merayakan hari raya Karo jauh lebih meriah dibanding melakukan upacara Yadnya Kasada .
Setelah Upacara Hari Raya Karo dibuka secara resmi melalui prosesi ritual maka seluruh masyarakat sudah diperbolehkan mengadakan upacara Santi dengan membuat sesaji dirumah masing-masing. Sedangkan para Dukun akan setia datang melayani do'a japa mantra kepada seluruh umat, tanpa terkecuali .
Usai melaksanakan santi yang dipimpin langsung oleh Dukun Tengger yang melayaninya ke masing-masing rumah warga, satu per satu warga kemudian saling kunjung untuk bersilaturahmi ( Dederek ).
Tak heran jika selama Hari Raya Karo warga suku Tengger menyediakan aneka jajan dan makanan serta libur bekerja selama hari raya Karo tersebut belum ditutup dengan ujung-ujungan.
Langgeng Basuki ( Selamanya Makmur )
Upacara Adat tengger “Karo” di Brang Kulon
upacara Karo selalu dibuka dengan tari Sodor (Sodoran) Sebuah tarian yang menggambarkan hubungan siami-istri leluhur suku Tengger awal hingga beranak pinak sampai sekarang.
Sebagai pembuka kegiatan ini, ditampilkan Tari Sodor, sebagai gerakan simbolisasi asal mula (proses) terjadinya manusia yang divisualisasikan dengan gerakan yang sangat mempertimbangkan kesopanan.
Setlah acara bawahan yang dilaksanakan selama 2 hari 2 malam di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari tersebut selesai maka Karo pun juga telah berakhir untuk Tahun ini.
Upacara Yadnya Kasada tahun 2012
NAMA UPACARA ADAT TENGGER
SISTIM KALENDER SUKU TENGGER
PROFIL SUKU TENGGER
WILAYAH ADAT
Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger Tahun 2011
Meski begitu,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Maryono menyatakan, perubahan alam tidak akan memengaruhi kesakralan perayaan Yadna Kasada, yang puncaknya akan berlangsung pada Minggu (14/8). Yadnya Kasada merupakan Hari Raya Kurban Suci ke Kawah Suci Gunung Bromo.
Kurban ini sebagai persembahan kepada arwah leluhur putra bungsu Raden Joko Seger dan Roro Anteng yang bernama Raden Kusuma. Dari segi kepariwisataan, perayaan Yadna Kasada ini memiliki nuansa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Latar belakang abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Bromo akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
”Masyarakat bisa mengabadikan perayaan Yadna Kasada ini dari view pointdi Puncak Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan. Selain itu, wisatawan akan menikmati keindahan pemandangan matahari terbit (sunrise) yang sangat ditunggu- tunggu.
Puncak upacara Yadnya Kasada tahun 2011 di Gunung Bromo merupakan ujian terberat bagi warga suku Tengger "Brang Kulon" (yang ada di sisi barat) gunung api setinggi 2392 mdpl yang meliputi Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.
Jalan-jalan puncak Gunung Bromo rusak parah. Kerusakan terparah di antaranya ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil, serta jalan di tengah lautan pasir di tengah kaldera Gunung Bromo, kata Camat Tosari, Sudiro, di temui di Tosari, Minggu (14/8) malam .
Ruas jalan antara Dingklik - pakis Bincil di Desa Wonokitri, Tosari rusak parah. Hampir seluruh aspalnya terkelupas, bahkan sebagian badan jalannya ada yang sempat longsor pascaerupsi.
Ia menyebutkan, jalan yang sempat putus tersebut telah diperbaiki warga secara gotong royong, sehingga mobil gardan ganda sudah bisa melewatinya.
Namun, jalan di tengah laut pasir juga masih rusak akibat munculnya alur sungai yang memotong jalan di tengah kaldera Gunung Bromo. Pengunjung yang akan melintasi lautan pasir Gunung Bromo harus melewati jalan baru dengan cara melingkar.
Sementara jalan baru tersebut kondisi tanahnya masih labil, sehingga kendaraan yang masuk laut pasir lewat Pasuruan dibatasi hanya mobil gardan ganda, serta sepeda motor, kecuali bagi warga suku Tengger yang akan melaksanakan ibadah masih diizinkan masuk.
Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, memberikan apresiasi kepada warga suku Tengger yang masih tetap memegang teguh kerukunan, dan sikap kegotongroyongan yang diwariskan nenek moyang hingga generasi sekarang. Sikap warga suku Tengger tersebut patut dijadikan teladan.
Eddy berjanji memperbaiki jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo. Jalan tersebut akan segera diperbaiki dalam tahun anggaran 2011 ini dengan dana sebesar Rp1 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Diakui, jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo merupakan jalan kabupaten. Namun dari sisi fungsi, jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut, merupakan jalan wisata lintas daerah, baik Pasuruan, maupoun Probolinggo.
Ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil - lautan pasir merupakan jalan wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, sebaliknya juga menjad jalan wisata bagi wistawan yang masuk lewat Probolinggo menuju Puncak Penanjakan.
Warga suku Tengger baik dari Brang Kulon (Pasuruan, dan Malang), maupun "Brang Wetan" (Probolinggo, dan Lumajang) melaksanakan puncak Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Senin (15/8) dini hari yang dilanjutkan dengan labuh sesaji di pucak Gunung Bromo.
Namun, sebelum berangkat ke puncak Gunung Bromo tengah malam, masing-masing warga suku tengger melaksanakan resepsi Yadnya Kasada 2011 di masing-masing desa. Warga suku Tengger Brang Kulon melaksnakan resepsi di Pendapa Agung Wonokitri, sedangkan warga suku tengger Brang Wetan melaksnakan di pendapa Ngadisari.
Resepsi Yadnya Kasada di Wonokitri hanya dihadiri para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sedangkan di Ngadisari Probolinggo dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Saini, dan Dirjen Pengembangan Destinasi Kepariwisataan, Firmansyah Rahim, keduanya juga dikukuhkan sebagai warga kehormatan suku Tengger.
Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger Tahun 2011
Meski begitu,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Maryono menyatakan, perubahan alam tidak akan memengaruhi kesakralan perayaan Yadna Kasada, yang puncaknya akan berlangsung pada Minggu (14/8). Yadnya Kasada merupakan
Klick
Kurban ini sebagai persembahan kepada arwah leluhur putra bungsu Raden Joko Seger dan Roro Anteng yang bernama Raden Kusuma. Dari segi kepariwisataan, perayaan Yadna Kasada ini memiliki nuansa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Latar belakang abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Bromo akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
”Masyarakat bisa mengabadikan perayaan Yadna Kasada ini dari view pointdi Puncak Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan. Selain itu, wisatawan akan menikmati keindahan pemandangan matahari terbit (sunrise) yang sangat ditunggu- tunggu.
Puncak upacara Yadnya Kasada tahun 2011 di Gunung Bromo merupakan ujian terberat bagi warga suku Tengger "Brang Kulon" (yang ada di sisi barat) gunung api setinggi 2392 mdpl yang meliputi Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.
Jalan-jalan puncak Gunung Bromo rusak parah. Kerusakan terparah di antaranya ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil, serta jalan di tengah lautan pasir di tengah kaldera Gunung Bromo, kata Camat Tosari, Sudiro, di temui di Tosari, Minggu (14/8) malam .
Ruas jalan antara Dingklik - pakis Bincil di Desa Wonokitri, Tosari rusak parah. Hampir seluruh aspalnya terkelupas, bahkan sebagian badan jalannya ada yang sempat longsor pascaerupsi.
Ia menyebutkan, jalan yang sempat putus tersebut telah diperbaiki warga secara gotong royong, sehingga mobil gardan ganda sudah bisa melewatinya.
Namun, jalan di tengah laut pasir juga masih rusak akibat munculnya alur sungai yang memotong jalan di tengah kaldera Gunung Bromo. Pengunjung yang akan melintasi lautan pasir Gunung Bromo harus melewati jalan baru dengan cara melingkar.
Sementara jalan baru tersebut kondisi tanahnya masih labil, sehingga kendaraan yang masuk laut pasir lewat Pasuruan dibatasi hanya mobil gardan ganda, serta sepeda motor, kecuali bagi warga suku Tengger yang akan melaksanakan ibadah masih diizinkan masuk.
Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, memberikan apresiasi kepada warga suku Tengger yang masih tetap memegang teguh kerukunan, dan sikap kegotongroyongan yang diwariskan nenek moyang hingga generasi sekarang. Sikap warga suku Tengger tersebut patut dijadikan teladan.
Eddy berjanji memperbaiki jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo. Jalan tersebut akan segera diperbaiki dalam tahun anggaran 2011 ini dengan dana sebesar Rp1 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Diakui, jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo merupakan jalan kabupaten. Namun dari sisi fungsi, jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut, merupakan jalan wisata lintas daerah, baik Pasuruan, maupoun Probolinggo.
Ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil - lautan pasir merupakan jalan wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, sebaliknya juga menjad jalan wisata bagi wistawan yang masuk lewat Probolinggo menuju Puncak Penanjakan.
Warga suku Tengger baik dari Brang Kulon (Pasuruan, dan Malang), maupun "Brang Wetan" (Probolinggo, dan Lumajang) melaksanakan puncak Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Senin (15/8) dini hari yang dilanjutkan dengan labuh sesaji di pucak Gunung Bromo.
Namun, sebelum berangkat ke puncak Gunung Bromo tengah malam, masing-masing warga suku tengger melaksanakan resepsi Yadnya Kasada 2011 di masing-masing desa. Warga suku Tengger Brang Kulon melaksnakan resepsi di Pendapa Agung Wonokitri, sedangkan warga suku tengger Brang Wetan melaksnakan di pendapa Ngadisari.
Resepsi Yadnya Kasada di Wonokitri hanya dihadiri para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sedangkan di Ngadisari Probolinggo dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Saini, dan Dirjen Pengembangan Destinasi Kepariwisataan, Firmansyah Rahim, keduanya juga dikukuhkan sebagai warga kehormatan suku Tengger.